Rainbow Pinwheel Pointer
Home » » Spesialisasi : Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi Manajemen

Spesialisasi : Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi Manajemen

Di bangku sekolah—mulai dari SMA/SMK hingga perguruan tinggi—diajari keduanya. Namun begitu memasuki dunia kerja anda disuguhi pilihan spesialisasi antara “Akuntansi Keuangan” (Financial Accounting) atau “Akuntansi Managemen” (Management Accounting). Pilih mana?
Misalnya:
  • Jika anda ingin menjadi seorang partner di sebuah Kantor Akuntan Publik, sudah pasti anda harus terspesialisasi ke akuntansi keuangan; atau
  • Jika anda ingin menjadi seorang direktur keuangan di perusahaan mau tidak mau anda akan berhadapan dengan akuntansi manajemendisamping akuntansi keuangan; dan
  • Lain sebagainya.
Contoh di atas kebetulan keduanya sudah posisi puncak (top position); siapa yang tidak ingin jadi direktur atau partner? Masalahnya, tidak ada orang yang tiba-tiba saja berada di posisi puncak; semua mulai dari bawah, menangani pekerjaan-pekerjaan teknis—istilahnya “the dirty works”. Di wilayah “dirty works” ini, mau tidak mau, suka tak suka, pasti terspesialisasi.
Yang perlu anda pikirkan mungkin, seperti apa sih tipikal pekerjaan dari masing-masing jenis akuntansi itu? Apakah cocok dengan anda?
Itulah pokok bahasan dalam artikel ini. Setelah melakukan perbandingan dan analisa sederhana, seperti biasanya, saya akan menyertakan rekomendasi di akhir tulisan yang mudah-mudahan bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan spesialisasi antara akuntansi keuangan atau akuntansi manajemen.
Namun sebelum itu, kita lihat dulu yang satu ini…

Miskonsepsi Tentang Jenis Skill Akuntansi Yang Dibutuhkan

Ada anggapan yang menyebutkan bahwa semua akuntan yang bekerja di perusahaan (swasta atau BUMN/BUMD) adalah AKUNTAN MANAJEMEN (Management Accountant). Dilihat dari aspek “untuk kepentingan siapa bekerja,” IYA, mereka memang bekerja untuk kepentingan management, digaji oleh perusahaan, thus disebut akuntan manajemen (management accountant.)
Namun akan menjadi KELIRU jika anggapan itu kemudian diterjemahkan seolah-olah skill yang dibutuhkan untuk bekerja di perusahaan hanya akuntansi manajemen. Faktanya yang benar, skill “akuntansi keuangan” dan “akuntasi manajemen” sama-sama dibutuhkan—tergantung posisinya.
Di dalam perusahaan, ada akuntan yang pekerjaannya menangani pelaporan keuangan (thus menggunakan skill akuntansi keuangan) dan ada yang menangani pelaporan manajemen thus menggunakan skill akuntansi manajemen.
Di luar itu, ada juga anggapan yang menyebutkan bahwa mereka yang terspesialiasi ke Akuntansi Manajemen tidak bisa bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP). Faktanya, KAP itu bisnisnya terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu jasa ATESTASI (Assurance Services) yang khusus menangani Audit; dan jasa Konsultasi Bisnis (Trusted Business Advisory/TBA) yang khusus memberikan asistensi kepada perusahaan.
Para Auditor di KAP, YA, mereka Akuntan Publik yang independent—dalam artian tidak memihak perusahaan manapun, setidaknya secara teroritis dan aturan. Namun, mereka yang bekerja di divisi TBA-nya bersifat dependent, mereka bekerja untuk kepentingan manajemen perusahaan kliennya, sehingga sesungguhnya mereka adalah akuntan manajemen jika dilihat dari untuk siapa mereka bekerja.
Lalu, yang mana lebih cocok untuk anda?
Untuk menjawab pertanyaan ini sebaiknya kita lihat perbandingan antara “Akuntansi Keuangan” Vs “Akuntansi Manajemen” terlebih dahulu.

Perbandingan Akuntansi Manajemen Vs Akuntansi Keuangan

Berikut adalah perbandingannya, dilihat dari berbagai aspek:

1. Pengguna Utama Laporan:

a). Akuntansi Keuangan – Pengguna utama laporan yang dihasilkan oleh Akuntansi keuangan adalah pihak eksternal perusahaan. Pihak eksternal yang dimaksudkan di sini, yakni para pemegang saham, kreditur (institusi keuangan dan non-keuangan), dan regulator (Badan Pengawas Pasar Modal dan Direktorat Jenderal Pajak).
b). Akuntansi Manajemen – Seperti namanya, pengguna utama laporan yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen adalah para pengelola perusahaaan yang terdiri dari para manajer dan eksekutif perusahaan yang lumrah disebut “management” saja.

2. Laporan Utama yang Disajikan:

a). Akuntansi Keuangan – Laporan utama yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan selalu berupa “Laporan Keuangan” yang terdiri dari:
  • Neraca (Balance Sheet) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan hingga pada tanggal tertentu, misalnya 31 Desember 2013 (itu sebabnya PSAK saat ini memakai istilah “Lap Posisi Keuangan”.) Isinya: Aset, Liabilitas, Ekuitas Pemilik.
  • Laporan Laba Rugi (Profit and Lost Statement) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai hasil operasional perusahaan selama satu periode tertentu, misalnya 1 Januari s/d 31 Desember 2013, apakah membukukan laba atau rugi. Isinya: Pendapatan, Beban, Biaya, Laba/Rugi.
  • Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai aliran kas perusahaan; darimana kas masuknya berasal dan digunakan untuk apa saja, selama satu periode tertentu, misalnya 1 Januari s/d 31 Desember 2013. Isinya: Kas dari Aktivitas Investasi, Kas dari Aktivitas Operasi, dan Kas dari Aktivitas Pendanaan.
b). Akuntansi Manajemen – Laporan utama yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen beragam dan tidak sama antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain—tergantung jenis dan skala usahanya. Namun laporan-laporannya selalu berupa Laporan Internal, diantaranya berupa:
  • Laporan Kas (Cash Reports) – Laporan yang menyajikan posisi kas setiap hari atau minggu, perbandingan kas dengan forecast dan budget, perbandingan kas periode sebelumnya)
  • Laporan Status (Status Reports) – Laporan yang menyajikan kinerja keuangan dan operasional perusahaan per hari atau minggu. Memuat perbandingan antara kondisi sebenarnya yang sedang terjadi dengan budget dan forecast.
  • Laporan Gaji (Payroll Reports) –Laporan dapat memberi informasi, sampai per laporan dibuat, sudah berapa kewajiban gaji dan upah perusahaan terhadap pegawai per departemen, per orang. Sekaligus membandingkan data tersebut dengan budget dan forecast.
  • Laporan Penjualan dan Biaya (Sales and Expenses Reports) – Laporan yang menyajikan capaian penjualan sampai per tanggal laporan, sudah berapa persen yang tercapai dibandingkan dengan forecast dan budget. Data disajikan per customer (pelanggan) atau per nama marketer/salesman. Di sisi lainnya juga menyajikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan hingga laporan yang telah dibuat, apakah masih dalam toleransi budget, bagaimana perbadingannya dengan forecast.
  • Laporan Cost (Cost Report) – Laporan yang menyajikan besaran beban yang timbul dari operasional perusahaan, pada kurun waktu tertentu (untuk cost center bisa jadi harian atau mingguan), tentu saja dilengkapi dengan hitung-hitungan dan analisa-analisa beban/cost yang sangat rinci, per department hingga per aktivitas. Tergantung teknik costing apa yang diterapkan, laporan ini dilengkapi dengan hitungan dan analisa-analisa pelengkap, misalnya berupa “Laporan Selisih” (Variance Report) jika perusahaan menerapkan “standard costing”.
  • Laporan Marjin (Margin Reports) – Laporan yang menyajikan informasi mengenai marjin (nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan) per jenis barang (item) dan per customer (pelanggan). Laporan ini juga dapat memberi gambaran mengenai barang mana saja yang sampai pada saat laporan dibuat mencetak marjin (laba kotor) tinggi, mana yang rendah, dengan pisah batas dan parameter tertentu. Juga, menyajikan informasi mengenai penjualan ke customer (pelanggan) mana yang memberi marjin tinggi, mana yang rendah.
  • Laporan Kapasitas (Capacity Reports) – Laporan ini khas untuk perusahaan berjenis manufaktur (industri/pabrikan). Laporan yang menyajikan kapasitas produksi perusahaan per bagian/divisi, hingga per satu nit mesin. Sekaligus menampilkan data, kapasitas mesin per tanggal laporan dibuat, berapa persen terisi. Sehingga secara kesuluruhan dapat diketahui mesin mana saja yang bekerja dengan kapasitas penuh dan mana yang tidak.

3. Cakupan Isi Laporan:

a). Akuntansi Keuangan – Cakupan isi “Laporan Keuangan” yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan mencerminkan atau mewakili kondisi perusahaan (baca: entitas) secara keseluruhan. Pembaca Laporan Keuangan tidak bisa mengetahui berapa penjualan dari toko A, B, dan C, dari PT JAK misalnya, karena yang disajikan hanya total penjualan dari semua toko yang ada di bawah kendali PT. JAK. Demikian halnya dengan beban/biaya. Hal itu karena pengguna Laporan Keuangan memang tidak membutuhkan informasi sampai sejauh itu.
b). Akuntansi Manajemen – Cakupan isi “Laporan Internal” yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen mencerminkan atau mewakili sampai ke subunit suatu entitas mulai dari per cabang, departemen, hingga ke aktivitas tertentu. Pengguna Laporan Internal, yaitu management perusahaan, bisa mengetahui kondisi perusahaan ke bagian operasional perusahaan yang paling kecil. Hal ini karena informasi tersebut memang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan internal para pengelola perusahaan.

4. Tingkat Kerincian Laporan:

a). Akuntansi Keuangan – Laporan Keuangan yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan bersifat general, global dan ringkas. Neraca misalnya, pada perusahaan kecil mungkin terdiri dari satu halaman saja, sedangkan pada perusahaan terbuka (TBK) yang paling besar mungkin maksimal hanya 4 halaman saja. Demikian halnya dengan Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, semuanya disajikan serba ringkas.
b). Akuntansi Manajemen – Laporan Internal yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen bersifat spesifik dan detail. Laporan Penjualan misalnya, mungkin bisa berpuluh atau ratus halaman; dilaporkan per customer, per lokasi outlet (retailer), per item barang, per warna, per size, dst. Tak jarang laporan-laporannya juga dilengkapi dengan diagram (chart) yang dirancang untuk manager yang lebih suka membaca laporan yang divisualisasikan.

5. Sumber Data Laporan:

a). Akuntansi Keuangan – Data yang digunakan untuk menyusun Laporan Keuangan seratus persen bersumber dari transaksi keuangan yang kemudian diinput dalam bentuk journal entry (debit-kredit).
b). Akuntansi Manajemen – Data yang digunakan untuk membuat Laporan Internal manajemen bersumber dari data apapun yang dianggap relevan dan terkait dengan kegiatan usaha, termasuk jurnal (debit-credit yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan.

6. Aturan Pengolahan Data dan Penyajian Laporan:

a). Akuntansi Keuangan – Dalam mengolah data dan menyajikan laporan, Akuntansi Keuangan secara tegas diwajibkan mengikuti konsep, prinsip dan postulat tertentu, yang tersandarisasi seperti tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Itu sebabnya, format laporan dan item dalam Laporan Keuangan selalu sama (setidaknya nyaris sama).
b). Akuntansi Manajemen – Patokan yang digunakan oleh Akuntansi Manajemen dalam mengolah data dan menyajikan laporan hanya AKURASI dan RELEVANSI-nya terhadap jenis keputusan manajemen perusahaan yang akan diambil—tidak ada aturan yang terstandarisasi. Itu sebabnya, format dan isi Lapotan Internal masing-masing perusahaan variatif.

7. Fungsi Pelaporan:

a). Akuntansi Keuangan – Pelaporan Keuangan oleh Akuntansi Keuangan dimaksudkan untuk tujuan yang bersifat umum dari pengguna laporan keuangan yang memiliki kepentingan berbeda-beda; pembagian dividend (pemegang saham), jual-beli saham dan sekuritas (trader), persetujuan kredit/funding (banker), partnership dan investasi (investor), perpajakan (DJP), dan regulasi pasar modal (Bappepam). Dalam pengertian, apapun kepentingan para pengguna, selalu disodori Laporan Keuangan yang format dan item dalam laporan keuangan yang selalu sama. Misalnya, Laporan Keuangan yang diberikan ke bank sama dengan yang dipublikasikan ke investor.
b). Akuntansi Manajemen – Pelaporan Internal oleh Akuntansi Manajemen dimaksudkan untuk kepentingan yang bisa jadi bersifat rutin (forecast dan budget misalnya), dan bisa jadi juga bersifat khusus dalam kasus yang sangat khusus—laporan kapasitas produksi karena perusahaan mengalami keterlambatan delivery misalnya, atau laporan penjualan yang dibutuhkan untuk perubahan strategi pemasaran misalnya, atau laporan analisa A/R dalam rangka melakukan revisi kebijakan kredit, dan lain sebagainya. Laporan yang diberikan kepada manager misalnya, tak sama dengan laporan yang disampaikan ke eksekutif, yang diserahkan ke manager produksi tidak sama dengan yang disampaikan ke manager pemasaran.

8. Waktu Pelaporan:

a). Akuntansi Keuangan – Penyampaian Laporan Keuangan oleh Akuntansi Keuangan dilakukan secara rutin dan terjadwal secara pasti (kwartal, semesteran, tahunan). Keterlambatan laporan bisa berakibat sanksi (misalnya terlambat menyampaikan laporan fiskal.)
b). Akuntansi Manajemen – Penyampaikan Laporan Internal oleh Akuntansi Manajemen ada yang dilakukan secara terjadwal, lebih banyak yang tak terjadwal, bisa sewaktu-waktu kapanpun dibutuhkan oleh pengguna (management perusahaan).

9. Penilai Kualitas Laporan:

a). Akuntansi Keuangan – Kualitas Laporan Keuangan tidak dinilai langsung oleh pengguna (pihak eksternal), melainkan diwakili oleh team auditor independent dari KAP tertentu melalui proses audit. Sepanjang team auditor independen menyatakan laporan keuangan handal dan bisa dipercaya, maka pihak eksternal juga akan berpendapat yang sama. Khusus Ditjen Pajak dan Bea Cukai, mereka memiliki team pemeriksa (auditor) sendiri dan hanya percaya kepada hasil penilaian mereka.
b). Akuntansi Manajemen – Yang menilai kualitas Laporan Internal adalah pengguna langsung (management perusahaan). Sepanjang laporan yang disajikan akurat dan bisa dijadikan input dalam proses pengambilan keputusan, maka laporan dianggap berkualitas. Yang agak sulit, masing-masing manajer perusahaan memiliki selera dan gaya analisa yang berbeda-beda, disamping kepentingan yang berbeda-beda (sesuai fungsi maisng-masing manager). Manajer A mungkin suka laporan yang super detail, manajer B mungkin pusing kalau melihat laporan yang terlalu detail.

10. Sertifiksi:

a). Akuntansi Keuangan – Sertifikasi khusus bagi mereka yang professional dalam Akuntansi Keuangan disebut “Certified Public Accountant” (CPA). Sertifikat diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu dan lulusan ujian khusus.
b). Akuntansi Manajemen – Sertifikasi khusus bagi mereka yang professional dalam Akuntansi Manajemen disebut “Certified Management Accountant” (CMA). Sertifikat diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu dan lulusan ujian khusus juga.
Jadi, mana yang lebih sesuai untuk saya, akuntansi keuangan atau manajemen?” mungkin ada yang berpikir demikian setelah membaca perbandingan di atas. Lanjut ke paragraph di bawah…

Mana Yang Lebih Sesuai Untuk Anda?

Ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab, bisa menjadi sangat subyektif karena menyangkut preferensi dan selera yang sudah pasti berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
Lagipula, menurut saya pribadi, sebagai seorang akuntan—terlepas dari karir apapun yang dipilih—harus menguasai keduanya dengan sangat baik. Seorang auditor yang bekerja di KAP misalnya, harus juga menguasai akuntansi manajemen dengan sangat baik. Sebaliknya, yang bekerja di dalam suatu perusahaan juga wajib menguasai Akuntansi Keuangan dengan tak kalah baiknya dibandingkan Akuntansi Manajemen.
Tetapi, IYA, ada kecenderungan-kecenderungan yang bisa membuat seorang akuntan merasa perlu lebih memperdalam ilmunya (baca: lebih terspesialisai) pada salahsatu diantara Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen. Buktinya, ada banyak akuntan yang bergelar spesialiasai “Certified Publik Accountant” (CPA) dan tak sedikit pula yang bergelar “Certified Management Accountant (CMA).
Untuk itu, sekedar gambaran kasar, akan saya coba memberi panduan umum.
Menggunakan perbandingan di atas, anda CENDERUNG lebih cocok terspesialisai ke:
A. Akuntansi Keuangan, jika:
  • Anda lebih suka pekerjaaan yang bersifat statis, konstan dan cenderung dari itu-ke-itu saja;
  • Anda lebih suka bekerja dengan waktu penyelesaian (deadline) yang telah diketahui sejak jauh-jauh hari;
  • Anda lebih suka bekerja dengan pedoman dan acuan yang serba pasti;
  • Anda lebih suka bekerja dalam suasana tenang dan sepi;
  • Anda lebih suka berada dalam tingkat kepastian (certainty) yang tinggi;
  • Anda lebih suka pada hal-hal yang berbau aturan dan standar;
  • Anda lebih suka ‘bermain’ di wilayah yang lebih sempit dan terfokus; dan
  • Anda lebih suka menonton film yang alur ceritanya tipikal dengan karakter tokoh yang bisa ditebak.
B. Akuntansi Manajemen, bila:
  • Anda lebih suka pekerjaaan yang bersifat dinamis, berubah dari waktu-ke-waktu, berfluktuasi dan variatif.
  • Tugas mendadak yang tingkat kompleksitasnya tak bisa diperkirakan adalah tantangan yang mengasikan bagi anda. Mengejar deadline dadakan yang nyaris mustahil adalah sensasi yang sangat anda nikmati.
  • Lebih menyukai fleksibilitas dalam bekerja. Aturan standar dan hukum yang serba kaku justru menjadi pembatas yang membuat anda merasa stress.
  • Tak masalah bekerja dalam suasana yang ramai dan hiruk-pikuk, justru keramaian adalah sesuatu yang lebih anda sukai.
  • Ketidakpastian (uncertainty) tak membuat anda merasa resah, anda bisa beradaptasi dan mudah membaur di tempat dan susasana yang bisa berubah sewaktu-waktu.
  • Anda lebih tertarik pada strategi-strategi bisnis dibandingkan menghafal standard dan pasal undang-undang;
  • Anda menginginkan ruang bermain yang lebih luas, kalau bisa yang tak terbatas; dan
  • Film jenis suspend adalah favorite anda.
Nah, kira-kira mana yang lebih cocok untuk anda?

Mana Yang Lebih Ampuh Untuk Menuju Ke Posisi Puncak?

Bicara PUNCAK, jadi ingat obrolan Pak Mario Teguh dengan host MTGW. Menurutnya:
Ukuran posisi puncak itu berbeda bagi masing-masing orang. Puncak si A mungkin dasar bagi si B. Dan dasar bagi si D mungkin puncak bagi si C.
Sangat setuju. Di ruang tak terbatas, ukuran puncak itu berbeda-beda, tergantung masing-masing orang:
  • Jika menjadi seorang Akuntan Manajemen di perusahaan adalah ukuran puncak bagi anda, maka skill Akuntansi Manajemen adalah yang paling diperlukan untuk bisa sampai di sana. Jika menjadi seorang Auditor di KAP adalah posisi puncak bagi anda, maka skill Akuntansi Keuangan juga bisa menjadi pengantar yang paling sesuai.
  • Namun jika menjadi Direktur Keuangan (CFO) di perusahaan atau Managing Partner di KAP adalah posisi puncak bagi anda, maka menguasai salahsatunya saja adalah tidak cukup.
Sedikit tentang pengalaman pribadi. Begitu lulus saya langsung bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) sehingga lebih banyak bekerja di wilayah Akuntansi Keuangan—praktis tak pernah menyentuh yang namanya “Laporan Internal” yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen, bahkan melihat bentuknya pun belum pernah samasekali.
Namun, yang namanya nasib memanglah tak bisa ditebak; entah mengapa saya merasa jenuh setelah 5 tahun bekerja di KAP, akhirnya pindah ke perusahaan.
Pun demikian, ilmu dan pengalaman terspesialisasi di Akuntansi Keuangan selama jadi auditor di KAP juga sangat membantu ketika bekerja di dalam perusahaan, bahkan saya menduga itulah alasan utama mengapa saya langsung dipercaya sebagai Chief Accountant pertamakali bekerja di perusahaan.
Tak lama bekerja diperusahaan itu, saya pindah ke perusahaan lain. Bukan karena jenuh, tapi lebih karena ada tawaran dengan posisi—dan kompensasi—yang saat itu saya nilai lebih baik. Posisi yang baru di perusahaan baru memaksa saya untuk memperdalam Akuntansi Manajemen sekaligus Akuntansi Keuangan dan Keuangan (Finance).
Beberapa tahun berjibaku di di wilayah akuntansi (keuangan dan manajemen) serta keuangan, seiring pertumbuhan perusahaan, saya memperoleh promosi jabatan ke middle management. Namun sebelum itu saya harus masuk internship di kantor pusatnya di luar negeri sana.
Merasa banyak waktu luang di sana, sayapun memutuskan untuk mengambil program study yang samasekali keluar dari Akuntansi Manajemen, yaitu Bisnis. Naluri saya mengatakan, saya harus paham seluk-beluk bisnis jika ingin terus berkembang di wilayah ini.
Namun, sekalilagi, saya tak mau melupakan asal-muasal saya sebagai orang akuntansi keuangan, saya tidak mau pengalaman bekerja di KAP terlupakan begitu saja. Saya tak mau kehilangan pengetahuan tentang standar akuntansi dan UU pajak. Saya berharap bisa mendayagunakannya sewaktu-waktu bila saya perlukan. Saya tidak mau bilang “iya, iya, iya” kepada bawahan hanya karena saya tak cukup update di akuntansi.
Itulah yang membuat saya memutuskan untuk mengambil program persiapan untuk ikut ujian CPA sembari menyelesaikan sekolah bisnis, lalu dilanjutkan dengan ikut ujian dan sukurnya lulus. Karena memang saya melihat keduanya sama-sama penting. Dan ternyata naluri saya tak jauh meleset.
Di posisi management—baik di awal,
Credit : http://jurnalakuntansikeuangan.com/
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Information

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Vocca AK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger