Bagimana pengakuan dan pengukuran atas aktiva tak berwujud? Menurut PSAK 19 (Revisi 2009), dalam mengakui suatu pos sebagai aktiva tak berwujud, perusahaan perlu menunjukkan bahwa pos tersebut memenuhi: (a) definisi aktiva tidak berwujud; dan (b) kriteria pengakuan (silahkan baca: Kriteria Aktiva Tak Berwujud). Persyaratan tersebut diterapkan atas biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh (atau mengembangkan)—secara internal—aktiva tak berwujud dan biaya yang terjadi kemudian untuk menambahkan, mengganti sebagian, atau memperbaiki aktiva tersebut.
Karakteristik Aktiva Tak Berwujud
Karaktersitik aktiva tak berwujud adalah sedemikian, sehingga dalam banyak kasus tidak ada yang dapat ditambahkan. Sehubungan dengan hal tersebut, kebanyakan pengeluaran selanjutnya digunakan untuk menjaga manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari aktiva tidak berwujud yang sudah ada. Dengan demikian, maka pengeluaran tersebut tidak dapat memenuhi definisi dan kriteria pengakuan aktiva tidak berwujud.
Selain itu, seringkali sulit untuk mengaitkan pengeluaran selanjutnya secara langsung terhadap aktiva tidak berwujud tertentu namun lebih terkait dengan usaha (bisnis) secara keseluruhan. Oleh sebab itu, jarang sekali terjadi pengeluaran selanjutnya—yaitu: pengeluaran yang diakui setelah pengakuan awal yang diperoleh atau setelah penyelesaian dari aktiva tidak berwujud yang dihasilkan secara internal—diakui dalam jumlah tercatat sebuah aktiva.
Pengeluaran selanjutnya atas merek, kepala surat kabar (mastheads), judul publisitas, daftar pelanggan dan hal–hal yang memiliki kemiripan substansi (baik diakui secara eksternal atau diperoleh secara internal) selalu diakui dalam laporan laba rugi sesuai terjadinya. Hal ini disebabkan pengeluaran tersebut tidak dapat dipisahkan dari pengeluaran untuk mengembangkan bisnis secara keseluruhan.
Pengakuan Aktiva Tak Berwujud
Sesuai dengan PSAK 19 (Revisi 2009), aktiva tak berwujud harus diakui jika, dan hanya jika:
(a) kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut; dan
(b) biaya perolehan aktiva tersebut dapat diukur secara andal.
(a) kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut; dan
(b) biaya perolehan aktiva tersebut dapat diukur secara andal.
Catatan:
- Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan, perusahaan harus menggunakan asumsi masuk akal dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aktiva tersebut.
- Dalam menilai tingkat kepastian akan adanya manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari penggunaan aktiva tidak berwujud, perusahaan mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat pengakuan awal aktiva tidak berwujud dengan memberikan penekanan pada bukti eksternal.
Perolehan Aktiva Tak Berwujudu Secara Terpisah
Biasanya, harga yang dibayarkan oleh perusahaan untuk perolehan terpisah suatu aktiva tidak berwujud akan menggambarkan kemungkinan manfaat ekonomis masa depan yang perusahaan harapkan untuk diperoleh dari aktiva tersebut. Dengan kata lain, perusahaan mengharapkan adanya arus masuk manfaat ekonomis, bahkan jika ada ketidakkepastian mengenai waktu dan jumlah arus masuk tersebut. Untuk itu, kriteria ‘pengakuan probabilitas’ selalu dipertimbangkan untuk memenuhi kriteria perolehan terpisah aktiva tidak berwujud.
Selain itu, biaya aktiva tidak berwujud yang diperoleh secara terpisah biasanya dapat diukur secara andal. Hal itu akan tampak jelas jika pembayaran dilakukan dalam bentuk uang tunai atau aktiva moneter lainnya.
Pengukuran Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aktiva tidak berwujud terdiri dari:
- Harga beli, termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat: dan
- Segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan asset tersebut sehingga siap untuk digunakan.
Contoh dari biaya yang dapat dikaitkan langsung adalah:
- Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dengan membawa aktiva ke kondisi kerja (siap digunakan);
- Biaya professional yang muncul secara langsung untuk membawa aktiva ke kondisi kerja (siap digunakan);
- Biaya untuk menguji apakah aktiva tersebut dapat berfungsi dengan baik.
Contoh dari pengeluaran yang tidak termasuk biaya aktiva tidak berwujud, antara lain:
- Biaya untuk memperkenalkan produk atau jasa baru (termasuk biaya iklan dan kegiatan promosi)
- Biaya memindahkan usaha ketempat atau ke tingkat konsumen baru (termasuk biaya pelatihan pegawai); dan
- Biaya administrasi dan overhead lainnya.
Pengakuan biaya dalam jumlah tercatat dari aktiva tidak berwujud dihentikan saat aktiva tersebut berada dalam kondisi dapat beroperasi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan manajemen. Oleh sebab itu, biaya yang terjadi dalam menggunakan atau mengembangkan kembali aktiva tidak berwujud tidak termasuk dalam jumlah tercatat aktiva.
Misalnya: biaya–biaya berikut ini tidak termasuk dalam jumlah tercatat dari aktiva tidak berwujud:
- Biaya yang dikeluarkan saat aktiva sudah dapat digunakan sesuai dengan keinginan manajemen tetapi aktiva tersebut tidak digunakan; dan
- Kerugian operasi awal, seperti halnya biaya dikeluarkan ketika ada permintaan atas aktiva.
Beberapa operasi terjadi berkaitan dengan pengembangan aktiva tidak berwujud, namun tidak menjadikan aktiva tersebut berfungsi sesuai dengan keinginan managemen. Operasi insidental tersebut mungkin terjadi sebelum maupun selama kegiatan pengembangan.
Karena operasi incidental tersebut tidak diperlukan untuk menjadikan aktiva tersebut berfungsi sesuai keinginan manajemen, maka pendapatan dan beban yang dihasilkan kegiatan tersebut segera diakui dalam laporan laba rugi, dan dimasukkan dalam klasifikasi pendapatan dan beban yang sesuai.
Jika pembayaran untuk suatu aktiva tidak berwujud ditangguhkan sampai melebihi periode penjualan kredit yang normal, biaya perolehannya adalah setara nilai tunainya. Selisih antara nilai tersebut dan total pembayaran diakui sebagai beban bunga pada periode penjualan kredit kecuali selisih tersebut dapat dikapitalisasi (PSAK 26, Biaya Pinjaman).
0 komentar:
Posting Komentar